Ilustrasi. Sindrom kematian mendadak. |
SURABAYATERKINI.ID - Dunia hiburan Indonesia kembali berduka. Aktris senior Marissa Haque, yang juga dikenal sebagai dosen dan politikus, telah meninggal dunia pada Rabu, 2 Oktober 2024, pukul 00:50 WIB.
Keluarga merasa kepergian Marissa, yang merupakan istri dari penyanyi Ikang Fawzi, sangat mendadak, mengingat almarhumah tidak memiliki riwayat penyakit yang diketahui.
Melihat kondisi yang terjadi, diduga Marissa Haque mengalami sindrom kematian mendadak (SDS). Menurut laman Healthline, SDS adalah istilah umum yang mencakup berbagai sindrom jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak dan berpotensi mengakibatkan kematian.
Apa itu sindrom kematian mendadak?
SDS dapat berasal dari masalah struktural pada jantung maupun ketidakteraturan dalam saluran listrik jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan henti jantung yang mendadak dan tidak terduga, bahkan pada individu yang terlihat sehat. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki sindrom ini hingga terjadi serangan jantung.
Banyak kasus SDS tidak terdiagnosis dengan baik. Jika seseorang dengan SDS meninggal, kematiannya sering dicatat sebagai penyebab alami atau serangan jantung. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui seberapa banyak orang yang mengalami sindrom ini.
Siapa yang berisiko?
Meskipun orang dengan SDS umumnya tampak sehat sebelum kejadian jantung atau kematian, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini.
Menyadur jurnal Pafibekasi.org, kalangan peneliti telah menemukan gen tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami berbagai jenis SDS. Contohnya, jika seseorang memiliki sindrom kematian mendadak pada orang dewasa (SADS), lebih dari 20 persen kerabat dekat mereka, seperti saudara, orang tua, dan anak-anak, juga kemungkinan besar mengalami sindrom yang sama.
Selain faktor genetik, kondisi medis tertentu juga dapat berkontribusi terhadap risiko SDS. Gangguan bipolar, misalnya, dapat menjadi salah satu penyebab. Pengobatan dengan lithium, yang sering digunakan untuk gangguan bipolar, diketahui dapat memicu gangguan irama jantung.
Penyakit jantung, epilepsi, aritmia, dan kardiomiopati hipertrofik juga merupakan kondisi yang berisiko menyebabkan kematian mendadak.
Dengan memahami lebih jauh tentang sindrom kematian mendadak, diharapkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat meningkat, terutama bagi individu dengan faktor risiko tertentu.